Sunday, September 28, 2025

Quiet Covering: Strategi Gen Z Menyembunyikan Diri di Tempat Kerja



PT Rifan Financindo Berjangka  - Dalam dinamika dunia kerja modern, muncul fenomena baru yang makin banyak diperbincangkan: quiet covering. Khususnya di kalangan Gen Z, praktik ini menjadi strategi bertahan psikologis sekaligus taktik adaptasi sosial. Artikel ini menyajikan penjelasan mendalam, dampak, contoh nyata, serta solusi agar organisasi dan pekerja bisa merespon dengan bijak.


Apa Itu Quiet Covering?

Quiet covering adalah kecenderungan seorang karyawan untuk menyembunyikan aspek pribadi dirinya agar terhindar dari penilaian negatif, stereotip, diskriminasi, atau ekspektasi yang membebani. (detikcom)

Istilah “covering” pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Kenji Yoshino sebagai konsep di mana individu menyamarkan identitas atau atribut mereka agar lebih mudah diterima di lingkungan sosial atau profesional. (detikcom)

Dalam konteks kerja Gen Z, quiet covering bisa meliputi:

  • Menyembunyikan kelemahan keterampilan atau pengetahuan (skill masking). (detikcom)

  • Berpura-pura memahami sesuatu saat sebenarnya tidak. (detikcom)

  • Enggan meminta bantuan meski bingung dalam suatu tugas. (detikcom)

  • Menutupi identitas pribadinya (agama, orientasi seksual, kesehatan mental, kebiasaan pribadi) agar tidak dianggap “berbeda”. (Antara News)

  • Mempertahankan ekspresi netral (wajah “tanpa emosi”) agar tidak dianggap lebih “emosional” atau berbeda. (Antara News)

“Gen Z dua kali lebih mungkin menyembunyikan sebagian dari diri mereka di tempat kerja dibandingkan generasi boomer.” (https://www.metrotvnews.com)


Mengapa Gen Z Melakukan Quiet Covering?

Beberapa motivasi di balik praktik ini:

Alasan Persentase Responden* Penjelasan
Menjaga citra profesional 55 % Untuk tampil kompeten dan sesuai harapan lingkungan kerja (Antara News)
Mencari penerimaan sosial 48 % Agar diterima oleh rekan kerja, manajer, atau HR (detikcom)
Menghindari diskriminasi 46 % Terutama bagi yang memiliki perbedaan identitas atau latar belakang (Antara News)
Mendapat promosi / bonus 46 % Agar tidak dinilai kurang dalam evaluasi kinerja (Antara News)
Meningkatkan penilaian kinerja tahunan 43 % Untuk meningkatkan persepsi positif dalam review kerja (Antara News)

* Berdasarkan survei Hu-X × Hi-Bob terhadap 2.000 karyawan lintas industri usia. (detikcom)

Selain itu, Gen Z secara statistik cenderung:

  • Melakukan covering dua kali lebih sering dibanding generasi sebelumnya. (https://www.metrotvnews.com)

  • Sebanyak 56 % Gen Z menyatakan mereka melakukan covering bahkan ketika berinteraksi dengan bagian HR. (https://www.metrotvnews.com)

  • Menyembunyikan aspek kesehatan mental, kebiasaan diri, atau pengalaman masa lalu demi tetap dianggap “kuat” dan tidak rentan. (Antara News)


Dampak Quiet Covering (Positif dan Negatif)

Dampak Negatif

  1. Stres & kelelahan emosional
    Karena energi banyak tersita untuk menjaga citra dan menyembunyikan diri. (Antara News)

  2. Menurunnya produktivitas
    Fokus kerja terganggu oleh upaya memantau apa yang ditampilkan ke orang lain. (detikcom)

  3. Terhambatnya pertumbuhan karir
    Karena tidak berani tampil otentik atau bersuara, inovasi menjadi terbatas. (Antara News)

  4. Mengurangi keterlibatan
    Karyawan merasa “berjarak” dari tim karena menyembunyikan aspek diri. (detikcom)

  5. Dampak pada kehidupan pribadi
    Beban psikologis dapat terbawa ke luar jam kerja, mempengaruhi relasi pribadi. (Antara News)

  6. Mengikis kreativitas dan inovasi
    Saat orang takut tampil beda, ide-ide orisinal lebih sulit muncul. (Beautynesia)

  7. Turunnya performa jangka panjang
    Kinerja bisa melemah karena motivasi dan kesejahteraan turun. (Antara News)

Dampak Positif (Dalam Batas Tertentu)

  • Adaptasi sosial: seseorang bisa menyesuaikan diri lebih baik di lingkungan baru.

  • Menghindari konflik langsung yang bisa merugikan posisi kerja di perusahaan yang sangat konservatif.

  • Strategi sementara agar melewati fase penilaian awal di organisasi baru.

Namun jika praktik ini berkepanjangan dan berlebihan, kerugian psikologis dan kinerja jauh lebih besar.


Contoh Kasus Quiet Covering di Lapangan

  1. Skill masking
    Seorang junior developer menolak untuk menunjukkan bahwa ia belum menguasai library tertentu, dan “pura-pura tahu” agar tidak dianggap kurang kompeten.

  2. Sembunyikan orientasi seksual
    Karyawan LGBTQ memilih tidak mengungkapkan identitasnya di kantor karena khawatir akan diskriminasi.

  3. Rahasia kesehatan mental
    Karyawan yang memiliki gangguan kecemasan atau depresi enggan memberi tahu atasan demi menjaga citra diri “kuat”.

  4. Ekspresi datar/blok emosi
    Ketika ditanya tentang antusiasme atau ide kreatif, pekerja menanggapi dengan wajah pasif agar tidak dinilai emosional.

  5. Menutupi pemakaian AI atau alat bantu
    Beberapa Gen Z menggunakan AI untuk mempercepat tugas (misalnya merangkum rapat), tetapi menyembunyikannya karena takut dianggap curang atau digantikan. (https://www.metrotvnews.com)


Cara Merespons Quiet Covering: Bagi Individu dan Organisasi

📌 Strategi Individual

  • Mulai dari membuka diri secara bertahap pada pihak yang dipercaya (mentor, HR).

  • Latih komunikasi autentik: aktif menyuarakan kebutuhan, batasan, atau pandangan profesional yang konstruktif.

  • Gunakan teknik manajemen stres (meditasi, journaling) agar beban emosional bisa terkelola.

  • Bangun kepercayaan diri lewat pendidikan dan pengembangan kompetensi agar rasa “takut dinilai” berkurang.

  • Cari “aspirational safe spaces” di dalam tim atau kelompok kecil yang mendukung keaslian anggota.

🏢 Strategi Organisasi / Perusahaan

  • Ciptakan budaya inklusif yang menghargai perbedaan identitas dan ekspresi individu.

  • Latih manajer dan HR agar bisa jadi penyambung lidah aman, mendengarkan sinyal karyawan yang ingin terbuka.

  • Terapkan kebijakan yang menekankan bahwa keaslian bukan kelemahan, melainkan kekuatan inovasi.

  • Beri ruang “berbagi tanpa tekanan” — sesi curhat anonim, kotak masukan, forum internal.

  • Evaluasi cara penilaian kinerja agar tidak memaksa gaya bekerja yang “seragam”.

  • Kampanye internal tentang pentingnya kesejahteraan mental dan dukungan terhadap karyawan yang berbeda.


PT Rifan Financindo Berjangka  - Glh

    Choose :
  • OR
  • To comment
No comments:
Write comments