PT Rifan Financindo Berjangka - Telur sejak lama menjadi bahan pangan kontroversial karena kandungan kolesterolnya. Dulu banyak diyakini bahwa telur itu “tidak sehat”, bahkan pantangan bagi penderita kolesterol tinggi atau penyakit jantung. Kini, riset terbaru menunjukkan bahwa anggapan tersebut terlalu sederhana. Kami akan mengurai secara mendalam: mengapa telur dulu dianggap tidak sehat, apa fakta terbaru, serta bagaimana memanfaatkan telur sebagai bagian dari pola makan sehat.
Sejarah Anggapan “Telur Tidak Sehat”
Sejak dekade 1970–80an, lembaga kesehatan menetapkan batas asupan kolesterol harian rendah—karena temuan bahwa makanan berkolesterol tinggi, seperti kuning telur, dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Pada masa itu, masyarakat dianjurkan membatasi konsumsi kuning telur atau telur secara keseluruhan.
Alasan utama anggapan negatif terhadap telur:
-
Kuning telur mengandung kolesterol signifikan (~ 186 mg/kuning telur ukuran sedang). (merdeka.com)
-
Tak ada pemisahan jelas antara efek kolesterol makanan dan lemak jenuh/lemak trans dalam diet.
-
Literatur awal hanya berdasar studi observasional dengan kontrol terbatas.
Seiring waktu, pemahaman ini mulai dipertanyakan dan direvisi.
Fakta Ilmiah Modern: Telur & Pengaruhnya terhadap Kolesterol Tubuh
1. Konsumsi telur satu butir per hari relatif aman
Studi besar menunjukkan bahwa mengonsumsi satu telur per hari tidak berkorelasi signifikan dengan peningkatan kejadian penyakit jantung atau stroke pada populasi sehat. (detikcom)
2. Efek kolesterol makanan bersifat individual
Sebagian orang (responden hipersensitif) mungkin mengalami kenaikan kadar kolesterol darah terkait diet berkolesterol tinggi, tapi kebanyakan orang tidak mengalami perubahan drastis akibat telur. (Hello Sehat)
3. Lemak jenuh & trans lebih berpengaruh
Bukan kolesterol dalam telur yang paling dominan menaikkan LDL (“kolesterol jahat”), melainkan asupan lemak jenuh dan lemak trans dalam makanan secara keseluruhan. (Hello Sehat)
4. Telur dengan variasi kandungan spesial
Telur yang diperkaya omega-3 dapat menurunkan trigliserida dan memiliki profil lemak lebih sehat dibanding telur biasa. (Hello Sehat)
Risiko & Kekhawatiran Terhadap Konsumsi Telur
Risiko / Mitos | Penjelasan Berdasarkan Evidence |
---|---|
Peningkatan kolesterol | Hanya sebagian orang dan dalam kondisi diet buruk secara keseluruhan. (Alodokter) |
Penyakit jantung | Tidak ada bukti kuat bahwa konsumsi telur dalam batas wajar secara langsung meningkatkan risiko penyakit jantung. (detikcom) |
Infeksi Salmonella (telur mentah/setengah matang) | Telur mentah atau kurang matang dapat membawa bakteri Salmonella dan menyebabkan keracunan makanan. (Universitas Gadjah Mada) |
Konsumsi berlebihan | Makan terlalu banyak telur tanpa memperhatikan keseluruhan diet dapat memberi beban kalori, lemak jenuh, dan risiko metabolik lainnya. (Hello Sehat) |
Bagaimana Konsumsi Telur dengan Aman & Seimbang
-
Batas konsumsi moderat
– Untuk orang sehat: 1 butir per hari cukup aman. (kesehatan.kontan.co.id)
– Bagi penderita kolesterol tinggi atau penyakit jantung: batasi ke 3–5 butir per minggu. (Alodokter) -
Masak hingga matang sempurna
Hindari telur mentah atau setengah matang kecuali memakai telur pasteurisasi. (Alodokter) -
Gunakan metode memasak sehat
Memasak dengan cara direbus atau dikukus lebih baik daripada digoreng agar tidak menambah lemak jenuh. -
Perhatikan keseluruhan pola makan
Pastikan konsumsi sayur, buah, serat, lemak tak jenuh lebih tinggi daripada lemak jenuh/trans. -
Pilih telur berkualitas
Telur yang berasal dari peternakan baik, higienis, atau diperkaya (misalnya omega-3) memiliki keunggulan nutrisi. (Hello Sehat)
No comments:
Write comments